“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS Al hasyr : 18)
Kemarin
tanggal 15 November 2012, kita umat Islam telah memeriahkan datangnya tahun
baru Islam 1 Muharrom 1434H. Sementara itu jamaah Haji yang datang dari tanah
suci sampai hari ini sudah tiba giliran Kloter 7 atau 8 sudah tiba di Debarkasi
Sumatera Selatan Bandara Internasional SMB II Palembang, dan singgah sebentar
di asrama Haji, untuk menunggu penjemputan pulang ke rumah masing-masing. Untuk
itu kita ucapkan Ahlan wa sahlan,
selamat datang dan tiba kembali ketanah air bapak/ibu Haji dan Hajjah, semoga
membawa pulang haji mabrur dan mabruroh.
Seperti
biasa datangnya tahun baru Islam hanya disambut oleh segolongan Islam saja.
Umat lain tentu tidak berkepentingan menyambut dan memeriahkan tahun baru
Islam, kecuali mereka hanya ingin menarik keuntungan dari umat Islam, misalnya
dengan bisnis atau perdagangan.
Berbeda
sekali dengan tahun beru Masehi/Miladiah 1 Januari, semua lapisan masyarakat tanpa
kecuali pasti menyambut atau memeriahkannya dengan aneka cara, lihatlah TV swasta
Nasional, segala bentuk kegiatan dan lomba dilaksanakan, berbagai ajang
dipertontonkan semua ucapan berisi pujian di sanjungkan dan sebagainya.
Bagi
kita umat Islam, momentum tahun baru Islam mestinya dijadikan ajang evaluasi
diri, antara hari kemarin, hari ini dan hari esok. Sebagaimana firman Allah
yang telah saya bacakan diawal khutbah ini:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS Al hasyr : 18)
Ayat ini mengingatkan
kita selain harus beriman dan bertaqwa kepada Allah, juga harus memperhatikan
apa yang telah kita perbuat hari kemarin, hari ini dan untuk hari esok,
khususnya hari akhirat nanti. Jika yang kita perbuat hari kemarin lebih buruk
dari hari ini, itu artinya ada peningkatan, karena hari ini lebih baik dari
hari kemarin. Tetapi sebaliknya jika yang diperbuat hari ini lebih buruk dari
hari kemarin, itu artinya mengalami penurunan bahkan bisa jadi orang yang rugi.
Seharusnya kita berbuat hari ini lebih dari hari kemarin, dan akan lebih baik
lagi di hari esok.
Bulan Muharram ini
adalah slah satu dari empat bulan harom (bulan mulia) dan patut kita hormati
sebagaimana firman Allah dalam suroh At-Taubah 36-37 berikut ini:
36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah
adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri
kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya
sebagaimana mereka pun mememrangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya
Allah besrta orang-orang yang bertaqwa. {Maksudnya janganlah kamu
menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar
kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan} 37. Sesungguhnya mengundur-undurkan
bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir
dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkan pada suatu tahun dan
mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan
bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang
diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang
buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. {Muharram, Rajab, Zulqaedah dan Zulhijjah adalah
bulan-bulan yang dihormati dan dalam bulan-bulan tersebut tidak boleh diadakan
peperangan. Tetapi peraturan ini dilanggar oleh mereka dengan mengadakan
peperangan di bulan Muharram, dan menjadikan bulan Safar sebagai bulan yang
dihormati untuk pengganti bulam Muharram itu. Sekalipun bilangan bulan-bulan
yang disucikan yaitu, empat bulan juga. Tetapi dangan perbuatan itu, tata
tertib di Jazirah Arab menjadi kacau dan lalu lintas perdagangan terganggu}.
Sekedar
contoh untuk kasus ini, kita mungkin masih ingat pelaksanaan kegiatan Olimpiade (pekan olahraga sedunia) yang
dilaksanakan di London, Inggris pada bulan Agustus 2012? Yang pada saat itu
Umat Islam di seluruh dunia sedang mengerjakan ibadah puasa Romadhon. Orang
Eropa dan orang Barat yang mayoritas kafir tentu tak peduli dengan orang muslim
yamg puasa. Yang mungkin diantaranya ada juga negara Islam sebagai peserta, tak
ada inisiatif untuk mengundurkan acara itu. Ini mungkin sama dengan pelanggaran
yang dilakukan oleh orang kafir dimaksud di atas.
Dibulan Muharrom ini
kita dianjurkan oleh nabi berpuasa, sebagusnya kita berpuasa pada hari terakhir
bulan Dzulhijjah dan 1 Muharram, tetapi kalau tidak sempat, terlewatkan, kita
masih sempat menjumpai hari ke sembilan dan ke 10 Muharram. (Jum’at dan Sabtu
depan) kita berpuasa. Tentu saja bagi yang mau dan sempat. Ini dianjurkan oleh
Nabi Saw.
Pernah di zaman beliau
bertemu dengan tanggal 10 Muharram, waktu itu di kota Madinah dilihatnya
orang-orang Yahudi sedang berpuasa 10 Muharrom. Beliau bertanya kepada mereka,
mengapa mereka berpuasa pada tanggal 10 Muharrom? Mereka menjawab untuk memperingati
peristiwa Nabi Musa yang selamat dari kejaran Fir’aun sekaligus hari
tenggelamnya Fir’aun.
Untuk itu Rasulullah
SAW menganjurkan kita umatnya berpuasa mulai hari ke-9 sampai hari ke-10
Muharrom, supaya tidak sama dengan orang Yahudi yang hanya berpuasa di hari
ke-10 Muharrom saja. Hari 10 Muharrom disebut juga hari ‘Asyuro. Di hari itu
selain berpuasa, kita juga dianjurkan shodaqoh kepada anak atau yatim piatu,
kalau bisa dielus-elus kepalanya sambil membaca : “Hasbiyallohu wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir...” hanya
yang perlu diingat ukuran anak yatim adalah yang masih di bawah umur atau belum
baligh/mumayyiz.
Kalau sudah bujang atau
gadis tidak lagi digolongkan anak yatim, apa lagi mau di elus-elus kepalanya,
anak gadis lagi. Bisa – bisa salah niat dan berakibat lain. Allah dan
Rasulullah SAW, mengingatkan kepada kita agar berlaku santun terhadap anak
yatim sebagaimana firman Allah dalam Suroh Ad-dhuha ayat : 8-11:
8. “Dan Dia mendapatimu
sebagai yang Kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. 9. Sebab itu, terhadap
anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.10. Dan terhadap orang yang
minta-minta, janganlah kamu
menghardiknya. 11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
siarkan”. (*)
Sumber : Palembang
Ekspres Jum’at 16 November 2012
Posting Komentar